Bayern Munchen membuka langkah di Piala Dunia Antarklub 2025 dengan cara yang sangat mengejutkan sekaligus mengundang perdebatan. Raksasa Jerman itu menghancurkan wakil Oseania, Auckland City, dengan skor telak 10-0 dalam laga fase grup yang digelar di Riyadh, Arab Saudi. Hasil ini tidak hanya mencetak rekor kemenangan terbesar dalam sejarah turnamen, tapi juga memicu pertanyaan besar: apakah format Piala Dunia Antarklub sudah tidak relevan dan tidak adil lagi?
Ketimpangan yang Terlalu Jauh
Auckland City memang bukan nama asing di Piala Dunia Antarklub. Klub asal Selandia Baru ini hampir selalu menjadi wakil tetap dari Oseania karena dominasinya di level regional. Namun ketika harus berhadapan dengan tim sekelas Bayern Munchen—yang diperkuat pemain top dunia dan memiliki kekuatan finansial luar biasa—perbedaan kualitas terlihat begitu mencolok.
Sejak menit pertama, pertandingan sudah berjalan berat sebelah. Bayern bahkan unggul 5-0 hanya dalam 30 menit awal pertandingan. Harry Kane, Leroy Sané, hingga Jamal Musiala tampil bak “tur” latihan di tengah kompetisi resmi. Dominasi ini memperlihatkan bagaimana jurang kualitas antara Eropa dan konfederasi lain di dunia sepak bola masih sangat lebar.
Turnamen Global, Tapi Tidak Kompetitif?
FIFA mencanangkan Piala Dunia Antarklub sebagai kompetisi yang menyatukan juara dari tiap konfederasi, namun dalam praktiknya, dominasi tim Eropa dan Amerika Selatan masih begitu kuat. Kekalahan 10-0 ini menjadi bukti nyata bahwa tim dari konfederasi kecil, seperti Oseania, seolah hanya jadi pelengkap atau “korban” dalam pesta elite dunia.
Banyak yang mulai mempertanyakan apakah sistem ini masih layak dipertahankan. Format yang diperluas dengan lebih banyak peserta seharusnya menghadirkan kompetisi yang merata, bukan malah menciptakan laga yang berakhir dengan skor tak pantas.
Perlu Evaluasi Format?
Beberapa pihak menyarankan agar FIFA mempertimbangkan sistem pra-kualifikasi antar konfederasi untuk memastikan bahwa hanya tim dengan kualitas kompetitif yang layak tampil di putaran final. Selain itu, wacana pembagian pot berdasarkan ranking klub atau koefisien regional juga mulai mencuat agar pertandingan tetap menarik dan seimbang.
Bayern Munchen memang tampil luar biasa, tapi ketika mereka menang 10-0 di panggung dunia, justru muncul tanda tanya besar tentang keadilan dan kualitas kompetisi.
Kesimpulan
Skor 10-0 antara Bayern dan Auckland City bukan sekadar hasil pertandingan—itu adalah peringatan. Jika FIFA ingin menjadikan Piala Dunia Antarklub sebagai turnamen global yang prestisius dan kompetitif, maka sudah saatnya melakukan reformasi menyeluruh terhadap sistemnya. Tanpa itu, turnamen ini akan terus dipandang sebagai ajang timpang yang hanya memberi keuntungan pada tim-tim raksasa dari Eropa.
Baca Juga: Singkirkan Nunez, Liverpool Bakal Angkut Penyerang PSG Ini?